Kamis, 29 Desember 2016

SISTEM PENGINDERAAN


SYSTEM PENGINDERAAN
Penginderaan adalah keadaan dimana kita dapat merasakan atau menyadari keadaan lingkungan baik di dalam maupun di luar tubuh kitaempat kondisi yang harus dipenuhi agar penginderaan dapat berfungsi yaitu stimulus(rangsangan), reseptor atau organ perasa, jaringan saraf dan daerah pada otak untuk mengolah atau menterjemahan stimulus tadi untuk membentuk persepsi sehingga dapat dimengerti.
Pancaindra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Namun, serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak perasaan ini ditafsirkan. Ada dua factor kesan yang timbul yaitu kesan yang timbul dari luar dan dari luar. Ada beberapa kesan yang timbul dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman, dan suara. Sedangkan, kesan yang timbul dari dalam antara lain, lapar, haus, dan rasa sakit.
Organ indra adalah sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai implus saraf melalui serabut saraf pusat susunan saraf. Organ indra dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu organ indra umum seperti reseptor raba tersebar diseluruh tubuh dan organ indra khusus seperti putting pengecap yang penyebarannya terbatas pada lidah.


v INDRA PENGLIHATAN
     Indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan oculus (bola mata). Saraf indra penglihatan , saraf optikus (urat saraf kranial kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam rentina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.
1.    Organ Okuli Assesoria
     Organ okuli assesoria (alat antu mata), terdapat disekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata yang terdiri dari:
*      Kavum orbitan, merupakan rongga mat yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah kedepan , dan kedalam mata. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang: os frontalis, os zigomatikum, os sfenoidal, os etmoidal, os palatum, dan os lakrimal. Rongga bola mata ini berisi jaringan lemak, otot, fasia, saraf, pembuluh darah, dan apparatus lakrimalis.
*      Supersilium (alis mata) merupakan batas orbitan dan potongan kulit tebal yang melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat kecantikan dan sebagai pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik.
*      Palpebral (kelopak mata), merupakan batas orbitan dan potongan kulit tebal yang terletak di depan bulbus okuli. Kelopak mata terdiri dari 2 bagian kelopak mata atas dan kelopak bawah. Fungsinya adalah pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka mata).
*      Apparatus lakrimalis (air mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui duktus nasolakrimalis terus ke meatus nasalis inferior.
*      Muskulus okuli (otot mata) merupakan otot ekstrinsik mata, terdiri dari 7 buah otot, 6 buah di antaranya melekat dengan os kavum orbitalis, 1 buah mengangkat kelopak mata ke atas.
Ø Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata.
Ø Muskulus orbicularis okuli (otot lingkar mata), fungsinya untuk menutup mata.
Ø Muskulus rektus okuli inferor (otot disekitar mata), fungsinya untuk menutup mata.
Ø Muskulus rektus okuli medial (otot di sekitar mata), fungsinya mengerakkan mata dalam(bola mata).
Ø Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam.
Ø Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mta ke atas, ke bawah, dan  keluar. 

2.    Organ Oculus
     Oculus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli).  Nervus optikus saraf otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbus okuli dengan otak dan merupakan bagian penting dari organ visus. Oculus terdiri dari:
·       Turnika okuli yang terdiri dari:
1.    Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membrane pupil dan iris. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea ke sclera disebut sclera corneal junction.
2.    Sclera, merupakan lapisan fibrosa yang merupakan bagian depan sclera tertutup oleh kantong konjungtiva.
·       Turnika vaskulosa okuli
Turnika vaskulosa okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi atas 3 bagian yaitu:
1.      Koroid merupakan selaput yang tipis dan lembab merupakan bagian belakang tunika vaskulosa yang berfungsi memberikan nutrisi pada turnika.
2.      Korpus siliaris, merupakan lapisan yang tebal, terbentang mulai dariora serata sampai ke iris. Bentuk keseluruhan seperti cicin yang berfungsi untuk terjadinya akomodasi. Pada proses melihat, muskulus siliaris harus berkontraks.Iiris, merupakan bagian terdepan turnika vaskulosa oskuli, bewarna karena mengandung pigmen, berbentuk bulat seperti piring dengan penampang 12 mm, tebal 12 mm, di tengah terletak bagian berlubang yang disebut pupil.
3.      Pupil berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata. Pada iris terdapat 2 buah  otot: muskulus stingter pupila pada pinggir iris, dan muskulus dilatatorpupila terdapat agak kr pangkal iris dan banyak mengandung pembuluh darah dan sangat mudah terkena radang, bisa menjalar ke korpus siliaris.
·       Turnika nervosa
Turnika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut rentina. Rentina dibagi atas 3 bagian:
1.    Pars optika rentina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di depan khatulistiwa bola mata.
2.    Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpus siliar.
3.    Pars iridika melapisi bagian permukaan balakang iris.
Fisiologi Penglihatan
     Indera penglihatan menerima ransangan berkas-berkas cahaya pada rentina dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang letaknyadifokuskan pada rentina. Bayangan itu akan membiasakan cahaya dan memfokuskan bayangan pada rentina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan. Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk tranduksi sinar. Apratus optic mata membentuk dan mempertahankan ketajaman focus dalam objek dalam rentina.
v  Indra penciuman
1.    Hidung
     Organ penciuman terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian luar (hidung luar/nasal external) terletak di bagian tengah wajah, dan bagian dalam (cavum nasi), yang di bagi lagi oleh sebuah  sekat (septum nasi) menjadi rongga hidung kanan dan kiri.
     Hidung luar/nasal external berbentuk pyramid, dimana sudut  atas atau atapnya berhubungan langsung dengan dahi (pada bagian apex). Bagian dasarnya terdapat 2 buah lubang hidung (nares) yang dipisahkan oleh sebuah sekat yang berjalan dari depan sapai kebelakang rongga hidung (septum antero-posterior). Disekitar/pinggir lubang hidung terdapat sejumlah rambut (vibrissae) yang berfungsi menahan atau menyaring kotoran atau debu-debu yang masuk ke hidung bersama udara pernafasan.
     Rangka hidung bagian luar terdiri dari tulang dan tulang rawan yang ditutupi oleh kulitdan dibagian rongga hidung dilapisi oleh membrane mukosa. Rangka tulang rawan terdapat pada septum dan ala nasi yang dapat menggerakkan atau mengembang-kempiskan hidung bagian ujung hidung.
Cavum nasi (rongga hidung), pintu bagian depan disebut nares/ nostril, sedangkan pintu/lubang bagian belakang yang berhubungan dengan pharynx disebut choane. Dibelakang nostril rongga hidung agak mengembung yang disebut vestibulum/ala nasi yang masih dilapisi oleh kulit dimana tubuh sejumlah rambut dan kelenjar sebaceosus. Tiap rongga hidung bagian atas dan dibelakang vestibulum dibagi 2 bagian, yaitu daerah penciuman/ olfactory region (terdiri dari concha nasalis superior dan septum) dan daerah pernafasan/respiratory region, yang merupakan bagian sisanya dari rongga hidung.
2.    Fungsi Hidung
Fungsi dari hidung antara lain:
·       Pengatur udara pernafasan
Sel epitel hidung yang selalu basah (lembab) berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan suhu udara yang masuk ke hidung agar sama mempertahankan suhu tubuh, baik itu udara panas/kering maupun dingin, ia dapat menstabilkan suhunya. Bila hidung gagal mempertahankan kestabilan tersebut, maka akan menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, misalnya radang tenggorokan (pharyngitis), asma bronkiale dan sebagainya.
·       Penciuman
Organ penciuman terdapat pada membrane mukosa pada bagian atas dari ronnga hidung (daerah penciuman). Organ penciuman dapat mengenali banyak macam bau. Rangsangan bau yang ditrima nasal olfactorius akan diteruskan ke otak untuk dikenali jenis atau sumber yang menyebabkan bau.
Jika produksi cairan hidung (kelenjar mucous atau serous) berlebihan dan membrane mukosa terlihat udema (bengkak), maka fungsi penciuman akan berkurang pada keadaan-keadaan ini, seperti disaat influenza.
v  INDERA PENDENGARAN
     Indera pendengaran merupakan bagian dari organ sensori khusus yang mampu mendeteksi  berbegai stimulus bunyi. Organ yang berperan sebagai indra pendengaran adalah telinga. Didalam kehidupan sehari-hari pendengaran sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya didalam berkomunikasi.
1.    Telinga
Struktur telinga dibagi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
1)    Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikula) dan saluran telinga luar (meatus auditorius eksternus). Daun telinga terletak di dua sisi kepala setinggi mata yang tersusun oleh tulang rawan atau kartilago dan otot kecil yang dilapisi oleh kulit sehingga menjadi tinggi, keras, dan lentur. Daun telinga berfungsi mengumpulkan gelombang suara untuk diteruskan kesaluran telinga luar yang selanjutnyanke gendang telinga.
Saluran telinga luar merupakan lintasan yang sempit, panjangnya sekitar 2,5 cm dari daun telinga ke membrane timpani. Saluran ini tidak beraturan dan dilapisi oleh kulit yang mengandung kelenjar khusus, glandulaseruminosa yang menghasilkan serumen. Serumaen berfungsi untuk melindungi kulit dari bakteri, menangkap benda asing yang masuk ke telinga. Batas telinga luar dengan telinga tengah adalah membrane timpani atau gendang telinga yang berbentuk kerucut dengan diameter sekitar 1 cm. membrane timpani berfungsi melindungi organ telinga tengah dan mengantar fibrasi suara dari telinga luar ke tulang tung pendengaran (osikel). kekuatan getaran suara mempengaruhi tegangan, ukuran dan ketebalan membrane timpani.
2)    Telinga tengah
Telinga tengah merupakan rongga yang berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal. Rongga tersebut dilalui oleh tiga tulang kecil yaitu meleus, inkus dan stapes yang membentang dari membrane timpani ke foramen ovale. Sesuai denagn namanya tulang meleus berbentuknya seperti palu dan menempel pada membrane timpani. Tulang inkus menghubungkan meleus dengan stapes dan tulang stapes melekat pada jendela oval di pintu masuk telinga dalam. Tulang stapes disokong oleh otot stapedius yang berperan menstabilkan hubungan antara hubungan stapes dengan jendela oval dan mengatur hantaran suara. Fungsi tulang-tulang pendengaran adalah mengarahkan getaran dari membrane timpani ke fenestra vestibule yang merupakan pemisah antara telinga tengah dengan telinga dalam.
3)    Telinga dalam atau labirin
Telingan dalam atau labirin mengandung organ-organ yang sensitive untuk pendengaran, keseimbangan dan saraf kranial ke delapan. Telinga dalam berisi cairan dan berada pada petrosa tulang temporal. Telinga dalam tersusun atas dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membranosa.
a.     Labirin tulang
Labirin tulang merupakan ruang berisikan cairan menyerupai cairan serebrospinalis yang disebut cairan perilimf. Labirin tulang tersusun atas vestibula, kanalis semisirkularis dan koklea. Vestibula menghubungkan koklea dengan kanalis semisirkularis. Saluran semisirkularis merupakan tiga saluran yang berisi cairan yang berfungsi menjaga keseimbangan pada saat kepala digerakkan. Saluran ini mengandung sel-sel rambut yang memberikan respon terhadap gerakan cairan untuk disampaikan pesan otak sehingga terjadi proses keseimbangan. Koklea berbentuk eperti rumah siput didalamnya terdapat duktus koklearis yang berisi cairan endolimf dan banyak reseptor pendengaran. Oklea bagian labirin dibagi atas tiga ruangan (skala) yaitu bagian atas disebut skala vestibule, bagian tengah disebut skala media dan pada bagian dasar disebut skala timpani.
b.    Labirin membranosa
Labirin membranosa terendam dalam cairan perilimf dan mengandung cairan endolimf. Kedua cairan tersebut terdapat keseimbangan yang tepat dalam telingadalam sehingga pengaturan keseimbangan keseimbangan tetap terjaga. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus dan kanalis semisirkulis, duktus koklearis dan organ korti.
2.    Fungsi Pendengaran
Proses mendengara ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar (auris eksternal) yang menyebabkan membrane timpani bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju inkus dan stapes melalui meleus yang terkait pada membrane tersebut. Karena getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler menuju perilimfe yang getaran ini dialihkan melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran koklea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ korti selanjutnya dihantarkan menuju otak.
Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan bunyi. Tingkatan suara biasa 80-90 desibel dan tingkatan maksimum kegaduhan 130 desibel.
Suara dihasilakan oleh benda yang bergetar dalam medium fisik (udara, air, dan benda padat), tidak dapat didengar melalui hampa udara. Penghantaran sura, telinga mengubah gelombang suara dari dunia luar menjadi potensial aksi dalam nervus koklearis. Gelombang diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakan papan kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang pada cairan telinga tengah.
Refleksi gendang yaitu apabila otot telinga tengah berkontraksi , menarik manubrium maleoolusnke dalam dan papan kaki stapes keluar. Suara akan menimbulkan refleks kontraksi otot dan merangsang reseptor pendengaran.
Pengantaran tulang dan udara:
1.    Penghsntsrsn gelombang suara ke cairan telinga dalam melalui membrane timpani dan tulang pendengar.
2.    Gelombang suara mrnimbulkan getaran pada membrane timpani yang menutup jendela bundar (penglihatan udara).
3.    Hantaran tulang tranmisi getaran dari tulang-tulang tengkorak ke cairan telinga dalam.
Gelombang jalan yaitu papan kaki stapes menimbulkan serangkaian gelombang pada perilimfe dalam skala vestibuli. Apabila bergerak ke arah koklea, tinggi gelombang suara dengan nada tinggi dan suara rendah gelombang memuncak pada apeks dinding tulang dari skala vestibuli, membrane basilaris tidak dalam keadaan tegang.
v  INDERA PENGECAP
Lidah merupakan bagian dari organ sensori khusus yang mampu mendeteksi  berbagai rasa. Orgsn ysng berperan dalam indra pengecapan yaitu lidah. Lidah terletak pada dasar mulut, ujung serta tepi lidah bersentuhan dengan gigi yang terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir yang dapat digerakkan ke segala arah.
Lidah terbagi menjadi:
1.    Raduks lingua (pangkal lidah)
2.    Dorsum lingua (punggung lidah)
3.    Apeks lingua (ujung lidah).
Makanan dapat dirasakan ika makanan tersebut dalam bentuk cair dan harus bersentuhan dengan ujung saraf lidah yang mampu meneruma rangsangan yang berbeda-bedamdan menimbulkan kesan rasayang berbeda pula. Lidah memiliki pensarafan yang majemuk dari saraf hipoglosusm(saraf otak XII) dan dipersarafi juga oleh saraf kranial VII (nervus fasialis) dan saraf IX (glosofaringeus) yang membawa implus saraf. Kelenjar ludah mengeluarkan saliva kira-kira ½ liter dalam 24 jam untuk mengolah enzim amylase, sebagai katalisator dalam perubahan karbohidrat menjadi monosakarida dan disakarida.
Fungsi indera pengecap adalah untuk merasakan arti makanan yang enak atau tidak enak dan sebagai alat refleks. Dengan adanya rasa asam, asin, pahit, manis, dan sebagainya, maka getah cerna akan keluar.
Sensasi pengecapan dasar
*      Rasa asam, dikecap pada sepanjang tepi lidah. Intensitas dari rasa asam hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hydrogen, yaitu semakin asam semakin kuat sensasi bentuk.
*      Rasa asin, dikecap pada lingua anterior. Kualitas rasa asin berbeda antara garam dengan garam yang lain. Kation membentuk rasa asin, anion juga berperan membentuk rasa asin walaupun sedikit.
*      Rasa manis, dikecap pada ujung lidah. Rasa manis tidak dibentuk oleh satu sensasi kimia saja misalnya gula, glikol, aldehit, keton, amida, dan asam amino. Kebanyakan substansi yang membentuk rasa manis adalah substansi kimia organik.
*      Rasa pahit, dikecap pada dorsum lingua. Substansi yang membentuk rasa pahit hampir seluruhnya merupakan substansi organik; substansi organic rantai panjang yang mengandung nitrogen dan alcohol yang meliputi banyak zat yang digunakan dalam obat-obatan.
v  INDERA KULIT(SENTUHAN)
Kulit merupakan organ tubuh yang paling besar yaitu sekitar 15-20 persen dari berat badan. Kulit mempunyai tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutaneus.
1.      Epidermis
Epidermis merupakan lapisan tipis pada bagian terluar kulit dan langsung berhubungan dengan dunia luar yang tersusun atas sel-sel tanduk (keraronosit) dan sel melanosit. Epidermis memiliki beberapa lapisan paling luar yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum malpigi, stratum granulosum, dan stratum germanativum sedangkan tipe selnya adalah keratinosit, melanosit, merkel, dan sel Langerhans.
a.     Lapisan-lapisan epidermis
*      Stratum korneum, merupakan lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan sel tanduk, gepeng, kering, dan tidak berinti. Pada lapisan ini terdapat sel-sel mati dengan yang baru atau desqumation.
*      Stratum lusidum, lapiasan ini ditemukan pada kulit yang tebal seperti pada telapak tangan dan telapak kaki. Lapisan ini sangat gepeng dan bening yang berfungsi sebagai bantalan dan proteksi trauma.
*      Stratum granulosum, merupakan lapisan-lapisan dengan sel-sel yang bergranula keratohialin yang merupakan precursor pembentukan keratin. Keratin merupakan protei keras yang berfungsi melindungi terhadap kehilangan kelembapan kulit. Fungsi lapisan ini adalah proteksi benda asing, kuman, dan bahan kimia yang masuk dalam tubuh.
*      Stratum spinosum, adalah lapisan sel spina atau tanduk, karena sel-selnya dibentuk oleh tonjolan yang menyerupai spina yang berfungsi menahan gesekan dan tekanan dari luar.
*      Stratum germinativum atau stratum basalis, merupakan lapisan dasar pada epidermis dan lapisannya mempunyai intisel sehingga dapat terjadi pembenahan sel yang cepat dan sel-sel barundidorong masuknke lapisan berikutnya.
b.    Sel-sel epidermis
*      Keratinosit, merupakan sel-sel tanduk dan menyusun terbesar dari epidermis. Keratinosit menghasilkan keratin yang merupakan lapisan berier tertular dari kulit untuk melindungi dari kuman pathogen, serta kehilangan cairan dalam pengerasan rambut dan kuku.
*      Melanosit, merupakan pigmen epidermen yang memproduksi melanosom yang mengandung melanin (pigmen pada kulit). Warna kulit dihasilkan oleh epmpat pigmen yaitu karotionoid untuk warna kuning, melanin untuk warna coklat, oksigenasi hemoglobin pada kapiler menimbulkan warna merah dan penurunan hemoglobin pada venula menimbulkan warna biru.
*      Sel merkel, merupakan sel yang berada pada lapisan basal, yaitu reseptor mekanik atau sentuh pada telapak tangan, telapak kaki, dan mulut.
Ø  Sel Langerhans, merupakan sel yang membentuk bintang yang berada menyebar diantara keratinosit di epidermal. Sel ini berasal dari sumsum tulang kemudian bermigrasi ke epidermis. Sel Langerhans berfungsi berperan dalam reaksi immune pada kulit.



1.      Lapisan dermis,
Lapisan dermis tebalnya kira-kira sekitar 1-4 mm yang berada dibawah epidermis. Lapisan ini tersusun dari fibroblast, makrofag, mast sel dan limfosit untuk meningkatkan penyembuhan luka dan lapisan ini terdapat limfatik kulit, vaskuler dan jaringan saraf.Lappsan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu papilla dermis dan reticular dermis. Papilla dermis mengandung banyak kolagen, pembuluh darah, kelenjar keringat dan elastin yang berhubungan langsung dengan epidermis. Sedangkan lapisan retikuler mengandung jarinagan ikat yang lebih tebal, sel-sel fibrosa, sel histiosit,
pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, kelenjar sebesea, sel lemak dan otot penegak rambut. Lapidan ini membentuk jaringan kompleks serabut sensori yang sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu. Ada empat tipe utama dari sensasi yaitu nyeri, sentuhan, panas dan dingin. Rasa nyeri dapat disebabkan oleh fisik, kimia, stimulus mekanik.
2.      Lapisan subkutaneus,
Lapisan subkutaneus, merupakan lapisan khusus dari jaringan konektive atau disebut lapisan adipose karena mengandung lemak. Jaringan subkuteneus adalah untuk simpanan lemak, pencegahan trauma dan pengaturan suhu.
Kelenjar-kelenjar pada kulit    
Kulit mempunyai kelenjar-kelenjar seperti kelenjar keringat, kelenjar sebesea dan kelenjar mamae.
1.      Kelenjar kerinagt dibagi menjadi dua bagian yaitu kelenjar keringat ekrin dan apokrin. Kelenjar keringat ekrin mensekresi air dan memnbantu pendinginan evaporative tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh yang kelenjar ini terdapat pada seluruh tubuh, khususnya lebih banyak pasa area tangan, telapak kaki dan dahi. Sedangkan kelenjar apokrin merupakan kelenjar keringat khusus seperti pada aksila, areola payudara dan anogenital. Kelenjar ini memproduksi cairan yang tidak berbau dan akan berbau jika berhubungan dengan bakteri.
2.      Kelenjar sebasea, menghasilkan sebum yang merupakan campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan sel yang berfungsi pelembut kulit dan bersifat bakterisid. Kelenjar ini bermuara pada folikael rambut pada area glans penis, labium minus dan kelenjar pada kelompak mata.
3.      Kelenjar mamae, merupakan kelenjar apokrin yang termodifikasi yang khusus menghasilkan susu. Kelenjar ini berperan dalam proses menyusui.


·           Fungsi kulit
     Kulit berperan penting dalam perlindungan terhadap ancaman dari luar tubuh, homeostastis, sensasi, pengaturan suhu, keseibangan cairan, produksi vitamin D, respons imun dan fungsi komunikasi.
1.    Mekanisme Sensasi
     Salah satu fungsi kulit adalah merasakan adanya berbagai jenis sensasi. Sensasi merupakan kesiagaan terhadap stimulus baik yang berada dari dalam maupun dari luar. Masing-masing sensasi memounyai kekhususan tersendiri sehingga setiap sensasi dapat dibedakan satu dengan yang lainnya, keadaan tersebut disebut modalitas. Satu saraf sensori hanya membawa satu modalitas.
Prose mekanisme dimulai dengan adanya stimulus, tranduksi, konduksi/inplus dan integrasi. Timulus akan diterima oleh ujung-ujung saraf yang melekat reseptor, dimana setiap ujung saraf tersebut melekat satu reseptor. Terdapat empat bentuk sensasi pada kulit yaitu raba-tekan, dingin, hangat dan nyeri. Adanya reseptor pada kulit stimulus dari dalam dan luar akan dideteksi sesuai dengan jenisnya yang berupa sensasi. Reseptor-reseptor tersebut mampu mengubah energy menjadi potensial aksi pada saraf sensorik. Potensial aksi dibangkitkan oleh adanya deporlarisasi yaitu perubahan muatan ion pada intra dan ekstrasel secara cepat. 





Sumber:
-        Sarpini. Rusbandi ( 2015 ), Anatomi Dan Fisiologi  Tubuh  Manusia.
-        Syarifuddin (2016), Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan.
-        Tarwoto dan Aryani. Ratna dan Wartonah, 2015, anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.




SISTEM MUKOSA

SISTEM MUKOSA

Sistem mukosa merupakan bagian dari sistem imunitas yang penting dan berlawanan dari sistem imunitas yang lain. Sistem imunitas mukosa lebih bersifat menekan imun yang dikarnakan hal-hal berikut mukosa berhubungan langsung dengan lingkungan luar dan berhadapan langsung dengan banyak antigen yang terdiri dari bakteri komensal, antigen makanan dan virus dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan sistem imunitas sistemik.
Antigen-antigen tersebut mungkin dapat dicegah agar tidak menempel mukosa dengan pemingkata oleh iga, berier fisisk dan kimiawi dengan enzim-enzim mukosa. Antigen yang telah menembus mukosa juga dielemininasi dengan reaksi imun yang terjadi diatur oleh sel-sel legurator. Hal ini untuk mencegah respon imun yang berlebihan akhirnya merugikan oleh adanya paparan antigen yang sangat banyak.
Sedangkan sistem imun sistemik bersifat memicu sisitem imun oleh adanya paparan antigen. Sitem  imunitas mukosa menggunakan beberapa paparan  untuk melindungi pejamu dari respon imunitas  yang berlebihan terhadap isi leumen  usus. Mekanisme yang dipakai adalah barier fisisk yang kuat, adanya enzim luminal yang mempengaruhi antigen dari yang alami, adanya sel  regulator sfesifik yang diatur fungsinya oleh jaringan linfoid usus. Dan adanyaproduksi antibodi iga sekrotori yang paling cocok dengan lingkungan usus. Semua mekanisme  ini ditujukan untuk menekan  respon imunitas, kelaainan pada beberapa komponen dapan menyebabkan peradangan atau elergi.
v     Struktur sistem imunologi mukosa
Jaring mukosa ditemukan di saluran nafas bagian atas ,saluran cerna, saluran  genital dan kelenjar mammae . mekanisme produksi terhadap antigen pada mukosa, terdiri dari: membra mukosa yang menutupi mukosa dan enzim adalah pelindung mekanik dan kimiawi  yang sangat kuat, sistem imun mukosa  innate merupakan eliminasi antigen  dengan cara fagositosis  dan lisis sistem imun mukosa adaptif  dimana selain melindungi permukaan mukosa jga melindungi bagian dalam dari masuknya antigen  lingkungan.
 Sistem imun lokal ini merupakan 80% dari  imunosit tubuh pada orang sehat. Sel-sel ini terakumulasi didalam atau transis antara  berbagai  mucosa-Assosiated Lymphoid ttisssue (MALT), bersama-sama membentuk sistem organ linfoid  terbesar pada mamalia.
Sistem imun mukosa mempunyai tiga fungsi utama yaitu;
1.                       melindungi membran mukosa dari invasi dan kolonisasi mikroba berbahaya yang mungkin menembus masuk.
2.                       melindungi pengambilan (uptake) antigen-antigen terdegradasi meliputi protein-protein asing dari makanan yang tercerna, material di udara yang terhirup dan bakteri komensal.
3.                       melindungi berkembangnya respons imun yang berpotensi merugikan terhadap antigen-antigen tersebut bila antigen tersebut mencapai dalam tubuh.
Sehingga disini MALT menyeleksi mekanisme efektor yang sesuai dan mengatur intensitasnya untuk menghindari kerusakan jaringan dan proses imun berlebih. Sistem MALT terlihat sebagai suatu sistem imun kompartemenisasi yang bagus dan fungsi esensialnya berdiri sendiri dari aparatus sistem imun. Secara fungsional, MALT terdiri dari dua komponen yaitu jaringan limfoid mukosa terorganisir dan sistem imunologi mukosa tersebar.
v     Jaringan limfoid mukosa terorganisir  
Jaringan limfoid ini terdiri dari tonsil, Peyer’s patch dan folikel limfoid yang terisolir. Sekitar tenggorok ditemukan 3 golongan tonsil yaitu tonsil palatina, tonsil lingual dan tonsil faringeal atau adenoid yang merupakan cincin jaringan limfoid sekitar faring yang disebut waldeyer’s ring. Limfoid Peyer’s patch merupakan agregat folikel limfoid di mukosa gastrointestinal yang ditemukan di seluruh jejunum dan ileum dan merupakan  tempat prekursor sel B yang dapat melakukan switching untuk memproduksi IgA dan membentuk sel T memori yang selanjutnya bermigrasi ke mukosa distal dan tempat-tempat  nonmukosal.
 Limfosit B dan T yang antigen reaktif tersebut kemudian bermigrasi ke kelenjar limfe mesenterik lalu ke duktus torasikus dan akhirnya ke pembuluh darah. Selanjutnya sel tersebut menuju lamina propria berbagai jaringan mukosa.

v     Sistem imunologi mukosa tersebar
 Sistem imunologi mukosa tersebar terdiri atas limfosit intraepitel dan lamina propria. Limfosit intraepitel ditemukan tersebar difus dalam epitel mukosa dan tidak memiliki struktur yang jelas. Limfosit intraepitel terbanyak adalah sel Y (>90%), yang dapat berupa CD8+ atau CD4 CD8. Lamina propria terletak tepat dibawah epitel dan merupakan struktur yang longgar.
 Fungsi efektor lamina propria adalah sekresi antibodi terutama IgA yang merupakan hasil dari sejumlah besar sel plasma yang memproduksi IgA. Antibodi IgA diangkut ke sel epitel melalui reseptor imunoglobulin polimerik dan selanjutnya disekresikan ke dalam lumen. Lamina propria mengandung banyak sel CD4+ dan CD8+ (CD4+ 2x lebih banyak dari CD8+), juga sel B terbanyak dengan ekspresi IgM dan hanya sebagian kecil dengan ekspresi IgA. Meskipun hanya sedikit jumlah sel B yang ada di lamina propria, tetapi jumlah sel B yang dapat memproduksi IgG dapat ditingkatkan dengan cepat bila diperlukan.









Pustaka pustaka

Mestecky J et al. Mucosal immunology 3er edn.Acafemic Press, san Diego, 2005. https:// childrenallergyclinic. Wordpress.com/2009/05/06/imunoligi-mukosa.